Pages

Tuesday, April 2, 2019

Krakatau Steel Bakal Masuk di Holding BUMN Industri Tambang

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian BUMN berencana untuk masukkan PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) ke dalam holding BUMN industri pertambangan yang dipimpin oleh PT Inalum (Persero).

Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno mengatakan, rencana ini merupakan bagian dari penguatan BUMN itu sendiri.

"Wacananya Krakatau Steel sebagai smelter besi (pabrik besi baja) memang akan ke holding industri pertambangan," kata Harry saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (2/4/2019).

Lalu, apakah lini bisnis Krakatau Steel masuk dalam industri pertambangan?

"Itu smelter, jadi hilirisasi industri pertambangan," tegas Harry.

Mengenai kapan perusahaan itu akan masuk ke dalam holding BUMN industri pertambangan, Harry mengaku masih belum tahu pasti. Rencana tersebut masih dalam pembahasan.

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk secara perlahan terus memperbaiki kinerja dari tahun ke tahun. Pada 2018, telah terjadi kenaikan pendapatan bersih seiring dengan kenaikan jumlah volume penjualan. 

Pendapatan bersih meningkat 20,05 persen YoY menjadi USD 1.739,54 juta, sementara volume penjualan meningkat 12,84 persen yakni sebesar 2,144,050 ton baja jika dibanding dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 1,900,075 ton.

Dengan meningkatnya pendapatan ini, rugi bersih Perseroan pada 2018 juga mengalami perbaikan sebesar 8,48 persen atau menurun menjadi USD 74,82 juta dibanding dengan tahun sebelumnya mencapai USD 81,74 juta, turun USD 6,9 juta.

Selain itu, performa perusahaan asosiasi dan joint venture juga membaik dengan ruginya menjadi USD 5,31 juta selama 2018 dari rugi USD 41,24 juta pada  2017.

Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk, Silmy Karim mengatakan, sepanjang 2018, Perseroan cukup merasakan kenaikan harga jual produk baja.

Rata-rata harga jual produk HRC meningkat 10,03 persen menjadi USD 657 per ton, CRC naik 6,72 persen menjadi USD717/ton, dan Wire Rod meningkat 15,03 persen menjadi USD 635 per ton. 

"Ini adalah salah satu ciri bahwa pasar baja domestik membaik,” ujar Silmy kepada wartawan, Senin 1 April 2019.

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2UrNz4h
April 02, 2019 at 02:20PM from Berita Hari Ini Terbaru Terkini - Kabar Harian Indonesia | Liputan6.com https://ift.tt/2UrNz4h
via IFTTT

No comments:

Post a Comment