Liputan6.com, Jakarta - CEO Twitter, Jack Dorsey, membuat kesal umat Hindu dan sejumlah anggota kasta Brahmana karena diketahui berfoto dengan sebuah plakat bertuliskan "Smash Brahminical patriarchy" atau "Hancurkan Patriarki Brahamanisme".
Tulisan tersebut dianggap telah menghina sistem kasta Hindu di India yang menempatkan Brahmana di posisi teratas.
During Twitter CEO @jack's visit here, he & Twitter's Legal head @vijaya took part in a round table with some of us women journalists, activists, writers & @TwitterIndia's @amritat to discuss the Twitter experience in India. A very insightful, no-words-minced conversation 😊 pic.twitter.com/LqtJQEABgV
— Anna MM Vetticad (@annavetticad) November 18, 2018
Dilansir The Guardian, Rabu (21/11/2018), pihak Twitter telah menyampaikan permintaan maaf jika tulisan tersebut telah membuat kesal umat Hindu. Twitter ataupun Dorsey sama sekali tidak mendukung pesan soal tekanan terhadap sistem kasta Hindu.
"Saya sangat menyesal atas hal ini. Ini tidak mencerminkan pandangan kami. Kami mengambil foto pribadi dengan hadiah yang diberikan kepada kami, dan kami seharusnya lebih bijaksana. Twitter berusaha menjadi platform yang tidak memihak bagi semua orang. Kami gagal melakukannya di sini dan kami harus melakukannya lebih baik untuk melayani pelanggan kami di India," tulis pimpinan kebijakan dan legal Twitter, Vijaya Gadde, melalui akun Twitter resminya.
I'm very sorry for this. It's not relective of our views. We took a private photo with a gift just given to us - we should have been more thoughtful. Twitter strives to be an impartial platform for all. We failed to do that here & we must do better to serve our customers in India
— Vijaya Gadde (@vijaya) November 19, 2018
Di sisi lain, permintaan maaf Twitter justru disayangkan oleh sejumlah pihak. Twitter dinilai seharusnya berbicara terang-terangan menentang Brahmanisme, yakni keyakinan yang membagi manusia dalam empat kasta berbeda.
Dalam agama Hindu yang merupakan mayoritas di India, Brahmana merupakan kasta tertinggi.
"Pernyataan yang sangat mengecewakan dari Twitter. Brahmanisme dan patriarki bersifat menindas, jadi mengapa pandangan Twitter tidak mencerminkan memberikan ruang bagi suara yang terpinggirkan? Menyebut "tidak memihak", hanya sebuah cara menghindari upaya untuk mencegah usaha nyata membuat ruang ini setara," tulis Sandhya Ramesh di Twitter.
Terribly disappointing st. on behalf of Twitter. Both Brahminism & patriarchy are oppressive by nature, so why would Twitter's views not reflect giving space to marginalized voices? Calling pandering "impartial" is just a cop out preventing actual efforts to make this space equal
— Sandhya Ramesh (@sandygrains) November 20, 2018
https://ift.tt/2BpIG1p
November 21, 2018 at 06:05PM from Berita Hari Ini, Kabar Harian Terbaru Terkini Indonesia - Liputan6.com https://ift.tt/2BpIG1p
via IFTTT
No comments:
Post a Comment