Paling sering terjadi, kata Nina, gugatan cerai dilayangkan ke pengadilan karena emosi meledak tak tertahankan akibat terus-menerus bertengkar. Namun, setelah gugatan cerai masuk ke pengadilan, setelah dipikir-pikir masih ada harapan untuk kembali.
"Namun, setelah merenungkan kembali, pasangan merasa bahwa kondisi hubungannya sebetulnya masih bisa diperbaiki lagi. Jadi, mereka menarik gugatan cerainya," kata Nina dalam pesan teks ke Liputan6.com.
Di kasus lain, ada beberapa orang yang merasa melakukan kesalahan besar usai melayangkan gugatan cerai. Di titik inilah keinginannya untuk memperbaiki kehidupan pernikahan hadir.
"Jadi, pasangan ini berniat untuk betul-betul memperbaiki perkawinan. Mereka jadi punya beberapa kesepakatan baru dan betul-betul berusaha berubah," tutur wanita yang menyelesaikan Program Magister Sains Jurusan Psikologi Perkembangan di Universitas Indonesia ini.
Beberapa pasangan memilih menarik kembali gugatan cerai karena faktor anak. Di beberapa kasus, usai melayangkan gugatan cerai, anak dari pasangan ini tidak terima dengan keputusan orangtuanya. Misalnya jadi marah besar dengan ayah dan ibunya.
"Lalu, orangtua tersebut sadar bahwa perkawinan mereka perlu diperbaiki demi anak-anak. Orangtua jadi enggak tega bercerai karena masih ingin melakukan yang terbaik demi anak-anak," pungkas Nina.
Saksikan juga video menarik berikut
https://ift.tt/2Bt0Xe0
November 23, 2018 at 06:00PM from Berita Hari Ini Terbaru Terkini - Kabar Harian Indonesia | Liputan6.com https://ift.tt/2Bt0Xe0
via IFTTT
No comments:
Post a Comment